Otomatis
31 Jan 2016 Kategori: SederhanaTerakhir kali saya menulis tentang sederhana adalah setahun yang lalu. Tulisan waktu itu tentang orang-orang yang menginspirasi saya hidup sederhana. Sebenarnya ayahku juga orangnya sederhana, sampai 2 tahun lalu telepon genggam nya masih nokia. Kemana-mana pakai sendal kulit. Tidak berpakaian yang bermerek mahal. Gaya pakaian yang sangat khas, kemeja tangan pendek, celana bahan, sendal kulit dan rambut pendek. Tidak macem-macem.
Kali ini saya ingin membahas tentang otomatis. Ternyata dengan hidup otomatis, hidup kita menjadi lebih sederhana. Maksud saya adalah apabila kita tidak selalu dihadapkan dengan banyak pilihan, hidup terasa lebih mudah. Contohnya adalah apabila makanan favorit saya adalah ketoprak, maka apabila ditanya mau makan apa pagi ini ya jawabannya sudah pasti ketoprak. Contoh lainnya adalah memilih gadget. Apabila kita sudah tau merek yang kita suka, Apple misalnya, ya kalau mau beli gadget apapun ya Apple mereknya. Gampang toh. Gak perlu baca-baca review orang, gak perlu browsing-browsing buang-buang waktu buat cari alternatif lain selain pilihan yang memang sudah kita suka.
Ini juga berlaku untuk kebiasaan. Kalau bangun tidur terus sarapan daripada pusing mau sarapan apa, lebih baik tentukan apa yang kita suka dan pilih itu setiap saat. Sarapan yang saya suka adalah kopi dan roti. Itu aja. Hidup ini sangat-sangat sederhana apabila kita sudah menerapkan keotomatisan ini.
Kita ambil contoh lagi Mark Zuckerberg dan Steve Jobs. Kalau beli baju pasti Mark dan Steve tau warna apa yang mereka suka. Abu-abu dan Hitam. Simpel kan, sederhana kan, gak perlu repot-repot tanya ke orang lain warna ini cocok gak.
Tentu saja manusia ada rasa bosan. Tetapi itu kan gak tiap hari. Misal dari 10 kali pilihan minum kopi dan makan roti di pagi hari, 1 kali minum jus. It’s OK, gak apa-apa. Tetapi besoknya kan ingat lagi bahwa minum kopi dan makan roti adalah yang kesukaan saya. Atau misal sudah bosan, ya boleh coba-coba yang lain. Tetapi kan gak tiap hari.
Wah, gak kreatif dong kalo gitu-gitu doang? Hmm, maksud saya adalah buat otomatis untuk hal-hal yang bukan prioritas. Balik lagi ke contoh Steve Jobs dan Mark Zuckerberg. Prioritas mereka mengembangkan perusahaannya, bukan untuk tiap hari gonta-ganti baju dengan harapan mereka jadi fashionable. Jadi untuk hal yang tidak menjadi fokus mereka, sebaiknya diotomatiskan. Untuk hal yang jadi fokus, boleh dan disarankan untuk mencoba-coba hal baru terus bahkan kita tidak boleh di comfort zone untuk terus mengembangkan apa yang menjadi fokus kita.
Saya masih belajar untuk menjadi otomatis. Tetapi saya sekarang sudah sedikit lebih tau apa yang saya suka dan akan menjadikan itu otomatis. Windows? Linux? OSX? Ya Linux dong, otomatis itu. Gak perlu tanya-tanya lagi.