Luthfi Idris Cerita Linux, Jerman Wirausaha dan Hidup Sederhana

Buka Bersama

Pernah kebayang gak buka puasa di Jerman seperti apa? Negara yang mayoritasnya bukan muslim. Di kota saya masjid terdekat hanya ada masjid orang Turki. Jadi sedikit banyak ada budaya kultur Turki di masjid tersebut. Saya akan menampilkan foto sambil bercerita tentang buka bersama di masjid Turki.

Foto di atas adalah foto masjid di kota saya yang saya ambil sekitar 30 menit sebelum berbuka puasa. Tenda didirikan untuk tempat berbuka puasa. Laki-laki dan perempuan dipisah, walau tetap ada tempat untuk keluarga.

3 foto di atas adalah foto antrian yang terjadi sebelum buka puasa. Bisa dilihat cukup bagus antriannya, khas Jerman. Antrian laki-laki dan perempuan dipisah, walau antrian laki-laki selalu lebih panjang daripada perempuan.

Kemudian foto-foto di atas adalah foto pada saat antrian sudah di depan. Akan ada ibu-ibu yang akan memberikan makanan pada tempat makan yang sudah disediakan.

Dan inilah salah satu contoh makanan yang diberikan untuk berbuka. Pada dasarnya tiap hari akan selalu mendapatkan 1 bagian nasi, 1 bagian sup, 1 bagian makanan utamanya dan 1 bagian penutup. Selain itu di meja sudah disediakan kurma dan air putih.

Pada dasarnya begini tata cara buka bersama di masjid turki yang saya datangi. Datang lebih baik 30 menit sebelum berbuka agar kita dapat antri dibarisan terdepan. Kemudian setelah mendapatkan makanan cari tempat duduk yang enak bersama teman-teman. Kalau gak sama teman-teman, komisch gitu jadinya. Lalu adzan magrib oleh imamnya, pada saat adzan orang turki tidak langsung berbuka melainkan menunggu sampai adzan selesai kemudian berdoa lalu berbuka. Ini agak berbeda dengan kebanyakan di Indonesia. Setelah berbuka dan langsung makan berat, sekitar 30 menit kemudian sang imam membacakan doa kembali dan dunia seakan berhenti karena tidak ada yang mengobrol lagi segala aktifitas berhenti, sunyi. Setelah itu mereka tidak langsung sholat magrib melaikan sekitar 20 menit kemudian baru sholat maghrib.

Buka Bersama from Luthfi on Vimeo.

Di Prancis

Kemarin saya berkesempatan berbuka puasa di Strasbourg - Prancis, di salah satu masjid terbesar di Prancis dengan kapasitas sekitar 2000 jamaah. Masjid ini merupakan masjid Maroko dengan budaya arab, jadi akan sangat berbeda dengan masjid Turki sebelumnya. Tidak seperti masjid Turki yang berbuka puasa di halaman masjid. Di sini buka puasa di dalam masjid dengan hidangan hanya kurma dan air putih. Sesuai sunnah nabi.

Setelah makan kurma dan minum air putih langsung sholat magrib. Setelah sholat, orang-orang langsung berlarian ke halaman masjid yang sudah ada tendanya, meja dan bangku yang sudah disiapkan untuk makan berat. Sayangnya cara mengantrinya mengikuti cara Indonesia. Tidak beraturan dan saling desak-desakan. Tidak seperti cara mengantri di masjid Turki di Jerman.

Setelah masuk dan duduk di tempat yang sudah diatur oleh petugasnya. Awalnya kita dibagikan semangkok besar sup yang rasanya mirip tom yam, roti, semangka dan kurma. Untuk minuman tersedia susu, air putih dan minunan bersoda seperti fanta atau coca cola. Sesuai khas Prancis, sup itu dimakan dengan roti Baguette. Saya kira hanya makanan ini yang disajikan, ternyata itu adalah appetizer nya saja. Waduh saya sudah habis 2 mangkok piring sup dan setengah roti panjang Baguette. Karena itu saya heran, kok orang-orang tidak ada yang beranjak pergi. Ternyata mereka menunggu datangnya makanan utama.

Makanan utamanya adalah seperti sop buntut tetapi bergulai dan tentu saja dimakan dengan roti. Ternyata inilah akhir dari sajian yang diberikan masjid Maroko di Strasbourg.

Yang mengejutkan adalah cara mereka makan sangat berbeda dengan di Jerman. Di jerman semua rapih, ada tempatnya. Selesai makan kita diwajibkan menaruh kembali tempat makanan ke tempat yang sudah disediakan. Sisa makanan ada tempat sampahnya sendiri. Sampah plastik sudah ada tempatnya sendiri. Di Prancis, semuanya serba dilayani. Mau tambah roti atau sup ada yang melayani. Selesai makan sudah ada yang membereskan. Cara makannya pun agak sedikit Barbar, tidak disediakan tempat makan khusus. Kecuali untuk sup beserta sendok. Roti ditaruh di meja yang kemungkinan kotor karena sampah makanan sebelumnya. Gak ada yang salah gak ada yang benar. Ya begitulah ceritanya.

« Pos Sebelumnya Pos Sesudahnya »